Disaat aku sudah besar,
aku harus ikut belajar dimadrasah,
sementara kami tidak memiliki harta y
ang mencukupi untuk membiayai sekolah.
maka ibupun pergi kepasar,
lalu membuat kesepakatan dengan karyawan
salah satu toko pakaian untuk menjahit pakaian.
dalam suatu malam,dimusim dingin
aku bangkit dari tempat tidurku,
ternyata aku mendapati ibu sedang menjahit.
maka akupun mmanggilnya,
"Ummi,mari kita tidur,waktu udah larut dan juga dingin,
masih ada waktu besok buat ummi lanjutkn menjahit."
Ibuku tersenyum,lalu berkata,
"Wahai putraku,aku tidak mengantuk."
Inilah dustanya yang ketiga.
Pada suatu hari,
sampai berita kepadanya bahwa seorang temanku
mengancam dan akan memukuliku setelah keluar dari sekolah.
Maka ibuku memutuskan untuk datang kesekolah,
disaat bel sekolah terakhir berbunyi,
akupun keluar ternyata ibuku telah menunggu
dibawah terik panasnya matahari yang membakar.
Lalu dia memelukku dengan kuat dan hangat
lalu menegur temanku,dan memanggilku
penuh penjagaan dan taufik dari Allah SWT.
Aku temukan ibuku membawa secangkir minuman
yang telah dibelinya untukku agar kumeminumnya
saat aku keluar sekolah.
Maka akupun meminumnya karena kehausan,
tiba2 aku melihat kewajah ibuku,
kulihat keringat mengucur didahinya,
maka akupun memeberikan cangkir minuman itu
sambil berkata,"Minumlah ummi!'.
diapun menolak sembari berkata,
"wahai putraku,minumlah engkau aku tidak haus."
Inilah dustanya yang ke empat.
Setelah kematian ayahku,
ibuku menjanda.
Jadilah tanggungjawab ada dipundaknya.
Kehidupan kamipun semakin memprihatinkan.
Sementara pamanku seorang laki2 yang baik,
dia tinggal bersebelahan dengan kami,
dia sering mengirimi apa yang bisa mengganjal rasa lapar kami.
melihat kondisi seperti ini banyak tetangga yang menyarankan
agar ibuku menikah lagi dengan laki2 yang bisa menafkahi kami,
karena ibu juga masih muda.
Akan tetapi ibuku menolak dan berkata,
"aku tidak butuh suami."
Inilah dustanya yang kelima.
Setelah aku selesai studi
dan lulus darimperguruan tinggi,
aku mendapat pekerjaan yg lumayan.
Akupun berkeyakinn ini saat yang tepat
bagi ibuku untuk istirahat dan meninggalkan
tanggungjawab membiayai rumah untukku.
Pada saat itu kesehatan ibu mulai berkurang,
tetapi ibu masih menjahit pakaian
dan mengirimknnya kepasar tiap hari.
Tatkala dia menolak meninggalkan pekerjaan,
maka aku menyisihkan satu bagian dari gajiku untuknya.
Diapun menolak sambil berkata,
"wahai putraku,simpanlah uangmu,aku punya harta yang mencukupi."
Inilah dustanya yang keenam.
Selain bekerja,
aku meneruskan studiku untuk mencapai magister,
dan berhasil dan aku ditetapkan menjadi direktur
pada sebuah perusahaan tempat aku bekerja.
Dan aku ditempatkan dikota lain,lantas gajiku pun naik.
Mulailah aku menyiapkan kehidupanku untuk lebih baik,
aku menghubungi ibu untuk datang dan tinggal bersamaku.
Akan tetapi dia tidak suka merepotkan dan berkata,
"Wahai putraku,aku tidak terbiasa hidup mewah."
Inilah dustanya yang ketujuh.
Ibukupun menjadi lanjut usia,
terkena kanker ganas dan wajib ada orang yang merawatnya disisinya.
Akan tetapi apa yang harus aku lakukan,
antara aku dan ibuku tercinta terhalang jarak.
Akupun meninggalkan
segala sesuatu untuk mengunjunginya dirumahnya.
Akupun menemukan ibuku tergolek diatas ranjang setelah operasi.
Saat ibu melihatku,
dia berusaha tersenyum untukku,
tp hatiku telah terbakar,
karena dia sangat kurus dan lemah,
dia bukan sepertim ibuku yang kukenal dulu.
Air matakupun mengalir dari kedua mataku,
akan tetapi ibu berusaha menghiburku seraya berkata,
"Wahai putraku,janganlah menangis,aku sama sekali tidak merasa sakit."
Inilah dustanya yang kedelapan
setelah dia berkata demikian,
ibu menutup kedua matanya
dan tidak akan pernah lagi membukanya untuk selamanya
Semoga Allah merahmati wanita wanita
yang bertanggung jawab seperti dalam kisah ini
oleh: MAMDUH FARHAN AL-BUHAIRI
Upload By: Feryhady